Saturday, April 21, 2007

Paradigma Bekerja Jarak Jauh

René L Pattiradjawane

Dalam kurun 20 tahun terakhir ini, perkembangan teknologi komunikasi informasi menjadi sebuah fenomena yang mengubah cara kita bekerja. Kemampuan komputasi yang berlipat ganda mengikuti Hukum Moore, menghadirkan berbagai peluang yang tidak pernah dirasakan dan dinikmati oleh orang banyak. Teknologi memberikan berbagai kemudahan berkomunikasi, memberikan berbagai peluang kepada semua orang, serta memberikan pilihan-pilihan yang tidak tersedia sebelumnya.
Pada tahun 1980, seorang futuris ternama Alvin Toffler menulis bukunya yang terkenal ”The Third Wave”, yang menulis bahwa bekerja tidak harus terjadi di kantor atau pabrik, tetapi akan terjadi di mana-mana dan kapan saja. Tulisan Toffler terdengar putis dan secara perlahan menjadi sebuah kenyataan.
Dalam waktu 25 tahun, masa depan sepertinya berpacu lebih cepat dibandingkan dengan Toffler sendiri. Kemajuan yang pesat dalam teknologi dan kompetisi global telah mendorong bak roket baik kebutuhan untuk mengoptimasikan biaya, memberikan sumbangsih kebutuhan bagi orang untuk bisa bekerja di mana saja dan kapan saja.
Model dan norma-norma tempat bekerja mulai di-revolusi-kan oleh semakin terjangkaunya kemampuan komunikasi instan. Hambatan fisik yang sebelumnya mengharuskan pegawai untuk berada pada lokasi tertentu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya mulai digantikan secara spontan dan konstan oleh telepon, faksimile, ponsel, komputer, akses kecepatan internet, serta perangkat lunak canggih kolaborasi.
Dalam kemajuan di tengah- tengah hi-tech dan hi-speed ini, bisnis dalam dunia berbasis pengetahuan ini bekerja secara visual menjadi sebuah tren yang tumbuh dengan cepat.
Dunia di tengah-tengah konverjensi yang cepat, tepat, dan meluas ini, menghadirkan geo- office, kantor yang secara geografis tidak relevan dan bisa berada di mana-mana. Ini adalah esensi kemajuan teknologi komunikasi informasi, yang menghadirkan fitur-fitur teknologi seperti pada film Star Trek.
Dalam dunia berbasis pengetahuan, kantor dalam konsep yang kita kenal sekarang ini menjadi usang termakan kemajuan teknologi.
Model manajemen
Untuk bertahan di tengah kemajuan teknologi komunikasi informasi ini, berbagai organisasi di dunia mulai memperkenalkan dan mendorong bekerja jarak jauh (remote working). Keberhasilan bagi mereka terletak pada menciptakan sebuah kebudayaan di mana para pekerja dan manajer memahami nilai yang dikandung dalam konsep geo-office ini.
Nilai-nilai ini secara perlahan tetapi pasti mulai ditransformasikan secara mental dan sikap untuk beroperasi dalam sebuah kawasan virtual yang menghadirkan berbagai kemajemukan yang lebih kompleks dibandingkan dengan suasana kantor yang dikenal sekarang.
Konsep geo-office atau remote working yang kita pahami adalah adanya berbagai perubahan yang terfokus pada pergeseran model manajemen ”command and control” menuju ke sebuah hubungan yang saling percaya dan bersatu menciptakan talenta para pegawai virtual menyongsong masa depan.
Tanpa kita sadari, kemajuan teknologi ternyata memberikan berbagai peluang yang menarik, lebih maju dari waktu ketika Bill Gates dan Steve Jobs memulai penemuan dan bisnisnya dari sebuah garasi.
Bekerja jarak jauh dan berkolaborasi melalui jaringan data menghilangkan sebuah situasi tersandera dalam suasana perkantoran yang kita kenal sekarang ini. Karena ego dan persaingan, setiap desk, unit, divisi, maupun departemen dalam perkantoran saling menyandera informasi, tugas, dan layangan yang menjadi penghambat produktivitas.
Sebagai kebutuhan
Para pekerja virtual secara umum terbagi tiga jenis, yang disebut sebagai C-Suites, mobile manager, dan teleworkers. Jenis pekerja C-Suites adalah para pemimpin korporasi yang terdiri dari para senior dalam organisasi. Mereka mungkin tidak terlalu andal dengan berbagai perangkat teknologi dalam melakukan pekerjaan, tetapi sangat menyadari pentingnya teknologi informasi dalam berhubungan dengan orang.
Bekerja jarak jauh bagi mereka merupakan sebuah kebutuhan dibanding sebagai pilihan karena jenis pekerjaan yang mereka lakukan mengharuskan mereka untuk melakukan perjalanan secara ekstensif. Para pekerja C-Suite ini biasanya sangat mengandalkan pada teknologi yang mudah digunakan, seperti ponsel dan perangkat Blackberry untuk berkomunikasi dengan tim internal dan kliennya.
Pekerja dalam jenis mobile manager ini adalah jenis karyawan yang 90 persen waktu berada dalam perjalanan. Para individu ini adalah para penjual profesional, manajer proyek, atau konsultan manajemen, yang selalu berada di mana-mana pelanggan berada.
Dalam pekerjaannya, mereka dilengkapi dengan notebook dengan baterai tambahan untuk tetap sibuk dengan pekerjaannya dalam sebuah perjalanan yang panjang. Mereka sangat bergantung dengan teknologi, bukan hanya untuk berkomunikasi, tetapi memastikan pekerjaan sampai tingkat yang terkceil selesai dilaksanakan.
Biasanya orang-orang ini tidak memiliki meja bila berada di kantor, dan berbagi ruangan dengan beberapa rekan kerjanya di kantor.
Dan jenis pekerjaan lainnya adalah teleworker, pekerjaan yang paling populer dan sering juga disebut sebagai telecommuter. Para individu jenis ini melakukan pekerjaan secara permanen, tetapi tidak berada di kantor perusahaan tradisional.
Mereka bekerja dari rumah dan menjalankan sebuah kantor yang sebenarnya dengan berbagai macam perlengkapan teknologi, atau mengandalkan telecenter di mana mereka bisa mengumpulkan berbagai bahan pekerjaan tanpa harus berjalan jauh.
Berbasis pengetahuan
Kemajuan teknologi komunikasi informasi memang mengubah persepsi kita tentang cara dan di mana kita bekerja. Dimensi ruang dan waktu yang mengharuskan bekerja dilakukan di kantor pada waktu yang ditentukan, untuk beberapa jenis pekerjaan sudah tidak berlaku lagi.
Dalam konverjensi teknologi komunikasi informasi, bekerja bukan lagi menjadi sebuah tempat tujuan (kantor), tetapi sebuah kegiatan yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Perubahan paradigma ini yang antara lain mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan di era globalisasi sekarang ini.
Bagi Indonesia mungkin diperlukan sebuah upaya khusus untuk melakukan ini. Di tengah meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) secara drastis, pergi bekerja ke tempat yang namanya kantor memang menjadi sesuatu yang mahal.
Padahal, kehadiran berbagai macam teknologi, seperti komputer saku Dopod 900 atau Nokia 9300i yang memiliki fitur koneksi nirkabel melalui WiFi maupun akses GPRS (pada Dopod 900 bahkan sudah siap untuk koneksi 3G), aktivitas bekerja kita menjadi tidak terbatas.
Di tengah perubahan kebiasaan menggunakan teknologi komunikasi informasi (menurut jajak pendapat Kompas, ada sebanyak 21-an persen orang yang memiliki ponsel dua buah), memang diperlukan sebuah perubahan perilaku terhadap cara kita bekerja.
Sosialisasi penggunaan teknologi memang menjadi sangat penting. Di beberapa perusahaan di Indonesia, penggunaan aplikasi kolaborasi, misalnya, menjadi bagian dari penilaian karya yang memengaruhi status karyawan. Bekerja secara telecommuter memang menjadi pilihan menarik, apakah menjadi lebih murah untuk karyawan atau untuk perusahaan juga. Yang pasti, sebuah era baru bekerja berbasis pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak terelakkan untuk bersaing di tengah globalisasi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home